oleh Mauliza Ahmad
Kebanyakan orang menggunakan lap untuk membersihkan
permukaan yang kotor. Lap juga berfungsi untuk mengeringkan segala macam benda
terutama pada piring dan gelas. Terlihat tidak berbahaya ketika kita menggunakan
piring dan gelas tersebut. Tetapi taukah anda bahwa ada bakteri yang bersarang
di lap tersebut? Bakteri yang ada pada lap akan ikut menempel pada piring dan
gelas yang selanjutnya akan kita gunakan untuk makan dan minum.
Menurut penelitian terbaru, para ilmuwan
menemukan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA), E. coli, dan
bakteri lainnya dalam lap dapur. Kain
lap tersebut merupakan tempat yang paling banyak ditumbuhi bakteri, selain
wastafel dan toilet.
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif
berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm,
lebar 0,4-0,7µm dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk
koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata. (Smith-Keary,
1988 ; Jawetz et al., 1995).
Theodor
Escherich merupakan dokter hewan Jerman yang menemukan bacteri Escherichia coli oleh pada tahun 1885. Escherichia coli bergerak
menggunakan flagel. Escherichia coli merupakan bakteri anaerob fakultatif,
dimana bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen secara mutlak atau dapat hidup
tanpa adanya oksigen, Escherichia
coli mampu
bertahan hidup baik tersedia maupun tidak tersedianya oksigen. Pada umumnya Escherichia coli biasa
hidup pada usus hewan termasuk pada manusia.
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus
yang berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,
asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia
coli
termasuk ke dalam bakteri
heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena
tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik
diperoleh dari sisa organisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam
makanan menjadi zat anorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral. Di dalam
lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia
nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).
Escherichia coli merupakan salah
satu penghuni tubuh. Penyebaran Escherichia
coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung ( bersentuhan, berjabatan
tangan dan sebagainya ) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi Escherichia coli pun dapat ditemukan
tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui
makanan atau minuman. Di dalam uji analisis air , Escherichia coli tumbuh baik pada hampir
semua media yang biasa dipakai di laboratorium mikrobiologi, pada media yang
dipergunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar strain Escherichia coli tumbuh sebagai koloni
yang meragi laktosa. Escherichia
coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tip beta.
Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan yaitu
dengan cara seksual atau vegetatif. Hal ini terjadi pada bakteri Escherichia coli. Pembiakan ini berlangsung cepat, apabila
faktor-faktor luar menguntungkan bagi dirinya. Pembiakan dengan pembelahan diri
atau divisio dapat dibagi atas 3 fase yaitu :
1.
Dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang
tumbuh tegak lurus pada arah memanjang.
2.
Sekat
tersebut diikuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak
selalu merupakan penyekat yang sempurna. Ditengah-tengahnya sering ketinggalan
suatu lubang kecil, yang mana protoplasma dari kedua sel baru masih dapat
berhubungan.
3.
Pada
fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel tersebut.Apabila faktor-faktor luar
menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru tersebut akan
membesar sampai masing- masing menjadi sebesar sel induknya.
Escherichia coli merupakan
mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran
air oleh tinja. Di dalam kehidupan kita Escherichia
coli mempunyai peranan yang cukup penting yaitu selain sebagai penghuni tubuh
( di dalam usus besar) Escherichia
coli juga menghasilkan kolisin yang dapat melindungi saluran
pencernaan dari bakteri patogenik. Escherichia coli akan menjadi patogen bila pindah dari
habitatnya yang normal kebagian lain dalam inang, misalnya, bila Escherichia coli di dalam usus masuk ke
dalam saluran kandung kemih kelamin dapat menyebabkan sistitis, yaitu suatu
peradangan pada selaput lendir organ tersebut.
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah
bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli berasosiasi dengan enteropatogenik
menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (jawetz et al., 1995).
Manifestasi klinik infeksi oleh Escherichia
coli
bergantung pada tempat
infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh
bakteri lain (jawetz et al., 1995).
Beberapa keuntungan dari bakteri Escherichia
coli
yaitu menghasilkan
kolisin, yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri usus yang
patogenik, dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran air oleh
tinja. Di dalam lingkungan dan kehidupan kita, bakteri Escherichia coli banyak dimanfaatkan diberbagai
bidang, baik pertanian, peternakan, kedokteran maupun dikalangan Industri.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, Escherichia
coli
telah banyak diketahui
baik sifat morfologi, fisiologi maupun pemetaan DNA nya, sehingga bakteri ini
dipakai untuk menyimpan untaian DNA yang dianggap potensial, baik dari tanaman,
hewan maupun mikroorganisma dan sekaligus untuk perbanyakannya. Dengan
diketahuinya bahwa Escherichia coli dapat dipakai untuk menyimpan
untaian DNA yang potensial, maka hal ini membuka kesempatan untuk mempelajari
sifat dan karakter dari mikroba lain yang tentunya memberikan dampak yang
positif untuk kemajuan di bidang kedokteran, pertanian maupun industri.
Dibidang pertanian telah dilaporkan bahwa beberapa tanaman tidak tahan terhadap
suatu penyakit atau serangan hama, namun bantuan Escherichia
coli sebagai inang yang membawa gen
yang tahan terhadap penyakit atau hama tertentu, maka hal itu dapat diatasi sehingga
perkembangan di bidang
pertanian tidak terhambat. Keberadaan Bakteri Escherichia
coli
disamping dapat membantu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan juga dimanfaatkan di berbagai bidang ilmu, bakteri
Escherichia coli juga dapat membahayakan kesehatan,
karena diketahui bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bagian dari mikrobiota
normal saluran pencernaan dan telah terbukti bahwa galur galur tertentu mampu
menyebabkan gastroenteritis taraf sedang sampai parah pada manusia dan hewan. Escherichia coli juga dapat menyebabkan diare akut,
yang dapat dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu enteropatogenik (penyebab gasteroenteritis
akut pada bayi yang baru lahir sampai pada yang berumur 2 tahun), enteroinaktif
dan enterotoksigenik (penyebab diare pada anak anak yang lebih besar dan pada
orang dewasa). Dilaporkan pula bila Escherichia coli di dalam usus memasuki kandung
kemih, maka dapat menyebabkan sintitis yaitu suatu peradangan pada selaput lender
organ tersebut. Namun Escherichia coli juga merupakan parasit dalam saluran
pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Pada manusia kadang kadang
menyebabkan penyakit enteritis, peritonitis, cistitis dan sebagainya. Berdasarkan hasil uji methil red
positif, keluarga dari species ini memfermentasikan laktosa dan glukosa dengan
menghasilkan asam dan gas
Bagi yang sudah terinfeksi oleh Escherichia
coli dapat diobati menggunakan
sulfonamida, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan
aminoglikosida. Aminoglikosida kurang baik diserap oleh gastrointestinal, dan
mempunyai efek beracun pada ginjal. Jenis antibiotik yang paling sering
digunakan adalah ampisilin. Ampisilin adalah asam organik yang terdiri dari
satu inti siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin
tiazolidin dan cincin betalaktam, sedangkan rantai sampingnya merupakan gugus
amino bebas yang mengikat satu atom H (Ganiswarna, 1995).
Ampisilin memiliki spektrum kerja yang luas terhadap bakteri Gram
negatif, misalnya E. coli, H. Influenzae, Salmonella, dan beberapa genus
Proteus. Namun ampisilin tidak aktif terhadap Pseudomonas, Klebsiella,
dan Enterococci (Setiabudy dalam Ganiswarna, 1 995). Ampisilin banyak
digunak an untuk mengatasi berbagai infeksi saluran pernafasan, saluran cerna
dan saluran kemih (Tan Hoan Tjay dan Raharja, 2002).
Mekanisme kerja dari antibiotik ampisilin adalah dengan menghambat
pembentukan ikatan silang pada biosintesis peptidoglikan yan g melibatkan penicillin-binding
protein (PBP). Pada E. coli, PBP1-3 merupakan enzim bifungsi yang
mengkatalisis reaksi tran sglikosilase dan transpeptidase serta PBP3-6
mengkatalisis reaksi karboksipeptidasi (Chopra dalam D. S. Retnoningrum, 1998).
Resistensi Terhadap Ampisilin. Salah satu obat pilihan yang
digunakan untuk mengobati infeksi saluran urin yang disebabkan oleh E. coli adalah
ampisilin. Namun E. coli dilaporkan telah resisten terhadap am pisilin
sehingga tidak digunak an lagi. Untuk menanggulangi terjadinya resistensi pada
ampisilin maka diperlukan pengobatan antimikroba yang lain seperti
trimethoprim-sulfamethoxazol (TMP-SMZ), siprofloxacin, norfloxacin,
nitrofurantoin, dan fluoroquinolon. Dilaporkan pada tahun 1995 sampai 2001
terjadi kecenderungan resistensi antimikroba terhadap isolat E. coli dalam
infeksi saluran urin pada pasien wanita di Amerika Serikat, 14,8-17% pertahun
resisten terhadap trimethoprim-sulfametoxazol, 0,7-2,5% pertahun resisten
terhadap siprofloxacin, 0,4-0,8% pertahun resisten terhadap nitrofurantoin, dan
36–37,4% per tahun resisten terha dap ampisilin, nilai presentase tersebut
bervariasi dalam setiap tahunnya (Karlowsky et al., 2002). Resistensi
intrinsik pada ampisilin disebabkan oleh ekspresi gen, yaitu gen pengkode
betalaktamase yang berlokasi pada kromosom bakteri gram negatif. Gen ini
mengkode enzim betalaktamase yang menginaktivasi cincin betalaktam ampisilin
dengan cara menghidr olisis cincin betalaktam terse but, sehingga menjadi
resisten terhadap ampisilin (Russel and Chopra, 1990)
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari juga
tak menutup kemungkinan terkena bakteri. Bakteri dapat datang dari mana saja,
lap juga bias menjadi sarang perkembang biakan dari E. coli yang nanti bisa
merugikan bagi kita. Kita sebagai makhluk hidup hanya bisa mengatasi atau
mencegah hal – hal tersebut terjadi. Misalkan dengan cara menjaga kebersihan,
membedakan lap piring dengan tangan, menyediakan lap khusus untuk daging,
jangan menggunakan lap yang sama untuk membersihkan permukaan yang lain, dan
tidak meletakkan lap meja di dapur.
REFERENSI
Brown Alfred, E., 2005, Laboratory
Manual in General M icrobiology : Microbiological Applications,
McGraw-Hill Comp., US, p. 395-401
Cappucino, J.G., and N. Sherman.
1983. Microbiology A Laboratorium Manual. 6th ed. USA: Pearson
Education Inc.
Debbie S.Retnoningrum, 1998, Mekanisme
dan Deteksi Molekul Resistensi Antibiotik pada Bakteri, Jurusan Farmasi-ITB,
Bandung, h. 1-5, 16-21
Ganiswarna S. G, 1995 , Farmakologi
dan Terapi, ed. 4, UI -Fakultas Kedokteran, Jakarta.
Holtj.G., Kreig, N.R., Sneath,
P.H.A., Stanley, J.T. and Williams, S.T, 1994. Bergeys Manual Determinative
Bacteriology. Baltimore: Williamn and Wilkins Baltimore.
Innis, M.A., D.H. Gelfand, J.J. Sninsky, and
T.J. White. 1990. PCR Protocols. San Diego, New York, Boston,
London, Sydney, Tokyo, Toronto: Academic Press, Inc.
Jawetz E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G.
F. Brooks, J. S. Butel, L. N. Ornston, 1995, Mikrobiologi Kedokteran,
ed. 20, University of California, San Francisco.
Karlowsky J. A., L. J. Kelly, C. Thornsberry,
M. E. Jones, and D. F. Sahm, 2002, Trends in Antimicrobial Resistance among
Urinary Tract Infection Isolates of Escherichia coli from Female
Outpatient in the United States, Antimicrob. Agents Chemother., 46(8),
2540-2545.
Johnson J. R., M. A. Kuskowsky, T.
T. O’Bryan, R. Colodner, and R. Raz, 2005, Virulence Genotype an Phylogenetic
Origin in Relation to Antibiotic Resistence Profile among Escherichia coli Urine
Sample Isolates from Israeli Woman with Acute Uncomplicated Cystitis, Antimicrob.
Agents Chemother., 49(1), 26-31.
Manges A. R., J. R. Johnson, B.
Foxman, T. T. O’Bryan, K. E. Fullerton, and L. W. Riley, 2001, Widespread
Distribution of Urinary Tract Infections Caused by A Multridrug Resistance Escherichia
coli Clonal Group, N. Engl. J. Med., 345(14), 1007-1009.
Maxam A.M. et al.,1977 . A
New Metod For Sequensing DNA, Proc.Nalt. Acad.
Sci.USA.74 (2),560-564
Madigan M.T. et al., 1997. Biology
of Microorganisms, Eighth Edition. New Jersey, Prentice Hall International.
Mutschler E., 1991, Dinamika
Obat, ed.5, Penerbit ITB, Bandung.
Oliver A., M. Perez-Vazquez, M.
Martinez-Ferrer, F. Baquero, L. de Rafael, and R. Canton, 1999,
Ampicillin-Sulbactam and Amoxicillin-Clavulanate
Susceptibility Testing on Escherichia
coli of Isolates with Different Beta-Lactam Resistance Phenotypes, Antimicrob
Agents Chemother., 43, 862-867.
Orrett F. and S. M. Shurland,
1996, Production of Betalactamase in Trinidad an Association with Multiple
Resistance to Betalactam Antibiotics, Med Science
Research., 24(8), 519-522.
Pelczar M. J. dan E. C. S. Cha n,
1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 2, Terjemahan Ratna Sri
Hadioetomo, dkk., Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Smith-Keary P. F., 1988, Genetic
Elements in Escherichia coli, Macmillan Molecular biology series,
London, p. 1-9, 49-54
Teale C. J., 2005, Detection and
Characterisation of Betalactamase Resistance in Gram Negatif Bacteria of
Veterinary Significance, UK National Guidelines for Laboratories,
102, 1-5.
Tjay T. H. dan R. Kirana, 2002, Obat-Obat
Penting, ed. 5, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widjojoatmodjo Myra N., Fluit AD
C., and Verhoef Jan, 1995, Molecular Identification of bacteria by
Fluorescence-Based PCR-Single-Strand Conformation Polymorphism Analysis of the
16S rRNA Gene, Journal of Clinical Microbiology. p 2601-2606
Anonim, 2006, Pencegahan Diare, http://www.mediacastore.com,
diakses 24 April 2015.